Senin, 28 Januari 2013

Antara Cinta dan Benci

Kenangan itu kembali memasuki celah-celah hati Mita. Kenangan yang harusnya telah Ia lupakan. Tapi menurutnya, kenangan itu terlalu indah dilupakan, tapi terlalu sakit diingatkan.
"Ish! Dasar ga tau diuntung! Sudah dibantu tapi ga tau terimakasih!" ketus Mita
"Selama ini gue udah menyempatkan waktu membantu mereka, tapi apa balasannya? Ngejauhin gue karena seorang pria yang ceroboh! Seperti ini kah sahabat?!!" ucap Mita
"Kalau cuma karena cowo persahabatan kalian menjadi taruhannya, lebih baik kamu mengalah" balas Dina
"Mita sudah mengalah kok, Din. Mita berusaha tegar, tidak marah dengan Riri, Devi dan Caca, tapi kenapa mereka segampang itu menjauh? Mita juga sudah meminta maaf dengan mereka, padahal Mita yakin Mita tidak punya salah! Malah Mita yang kebanyakan mengalah!" jawab Mita, lirih
"Kalau memang begitu, mereka tidak pantas untuk dipertahankan! Kalaupun mereka membutuhkan kamu, kamu boleh membantunya tapi jangan sesering dulu! Lihat! Sikap mereka hanya datang saat butuh kamu. Begitukah sahabat? BUKAN!" ucap Dina

***
Last Tweet : at 23:11 
"Jam segini Adit belum tidur. Biasanya kan dia sms buat nyari teman smsan, tapi sekarang?! AH memang dia tidak tau diuntung! Aku kira dia baik dan setia. Nyatanya? Dia menyimpan kebohongan yang luar biasa dari ku sampai aku harus dijauhi sahabatku!" pikirnya dalam hati. Ia amat sangat kesal jika mengingat kejadian saat dirinya pulang bersama Adit. Mita menganggap semuanya baik-baik saja waktu itu. Tapi ternyata ada yang disembunyikan! 
"Manusia macam apa kamu?! Menyembunyikan semua dusta dan menganggapnya baik-baik saja padahal disini ada seorang wanita yang hatinya tercerai berai karena ulah mu! Kenapa tak berterus terang lalu meminta maaf? melerai pertengkaran dingin seperti ini saja tak mampu! PECUNDANG" ketus Mita

***
Rasanya tak mungkin lagi untuk terus memikirkan hal yang merobek selaput hati nan tipis ini. Kesabaranku bisa terbuang percuma jika harus berpikir tentang kamu, dia, dan mereka! Aku anggap semua tidak pernah terjadi dan ada kalanya kini aku yang harus terus mengalah. Lagipula mengalah bukan berarti kalah. Mita benci bualan pria! Dibalik semua kata-kata manis seorang pria, ada sebesit dusta! 

Selasa, 22 Januari 2013

Jalan Kenangan

"Ah kenapa harus banjir, sih?! Flashback total coy!!" ketus Mita
"Kenapa, Mit? Lagian kenapa lo ambil jalan ini buat ke rumah lo? Kan masih ada jalan lain" ucap Caca
"Semua jalan menuju rumah gue, gue anggap itu jalan kenangan, Ca. Tidak mudah melupakan dengan cepat kenangan yang pernah tercipta dulu" jawab Mita
***
"Seneng yah kalau banjir kayak gini" ucap Adit
"Iya, tapi berat banget tau jalannya jadinya" jawab Mita
"Gapapa. Aku seneng kok" balas Adit
Tatapan Mita begitu tajam, penuh kehangatan yang tercipta pada tatapan Mita. Dia masih begitu menyayangi Adit. Sosok yang dulu pernah menjadi bagian dari dirinya walau kini hanya sebatas teman. 
Rasa Mita masih terlalu besar untuk Adit. Terlebih setelah Adit mengantar Mita pulang. 
"Kenapa sudah tidak pernah sms aku? Segitu sibuknya kah? Atau sibuk dengan rencana move-onnya?" pikir Mita. 
Sampai akhirnya, Mita harus tau apa alasan pertemuannya dulu dengan Adit dan mengapa perpisahan dengan Adit itu terjadi. "SALAH ORANG"
Kebodohan macam apa ini? Belum sembuh sakit hati Mita terhadap Zafran, Aditpun menambah pedih lukanya. 
***
Jalan ini .. Di jalan ini, dulu pernah terukir sejarah. Bukan sejarah layaknya jaman penjajahan seperti dulu, tapi sejarah yang begitu menawan yang seakan merobek selaput hati sedikit demi sedikit. Perih! Tapi mau bagaimana lagi? Ternyata begini adanya~ Tatapan mata yang dulu pernah saling bertemu bukan tatapan mata yang sama-sama masih menyimpan hati. Ternyata satu diantaranya ingin pergi~ Jika memang kebahagian adalah melihatnya bebas, relakanlah! Relakanlah dia pergi :')

Senin, 21 Januari 2013

Oh TERNYATA !!

"Kenapa sih harus menjauh gini?! Muak tau ga?!!!! Kalau gue ada masalah ya bilang!" ketus Mita
"Mit, disini aja. Diem aja daritadi" ajak Devi sahabatnya
Mitapun menghampiri sahabatnya. Dia diam, tak tau mengapa sahabatnya akhir-akhir ini mendiamkannya.
"Sekarang lebih baik lo bicarain" ucap Devi ke Caca dan Riri
"Tapi gue takut! Gue ga siap" jawab Riri
"Udah, lo bicarain aja" sambung Caca
Mereka terdiam sejenak. Entah apa yang akan dibicarakan. Akhirnya Devipun angkat bicara
"Jadi begini, Mit, tapi lo jangan marah ya" ucap Devi
"Gue ga marah. Gue lebih seneng kalian jujur sama gue" jawab Mita
"Jadi sebenarnya, Adit itu mengira kalau Riri itu adalah Mita. Ngerti ga?" ucap Devi
"Iyah, gue ngerti" jawab Mita
Seketika itu juga tangis pecah.. Air mata terjatuh dari bola mata Mita dengan derasnya. Disertai sesak yang begitu membuncah di dadanya. "SESAK! MUAK! Kebodohan macam apalagi ini?!! Lalu, bagaimana dengan semua hari saat aku dan dia bertatap? Semua percuma? AH!!" jeritnya dalam hati
"Please, Mit, lo jangan marah ya sama gue. Lo boleh nangis kok, gue ngerasain banget" ucap Riri
Genggaman tangan Riri semakin kencang, berusaha menegarkan sahabatnya itu.
***
Setelah semua pengakuan itu terbongkar, Mita berjanji tak akan memberitahu siapapun. 
"Mit, mau kemana?" tanya Devi
"Mau pulangin barangnya Adit dulu!"
"Jangan, Mit! Besok saja!" ucap Devi
Ia menghiraukan perkataan sahabatnya. Mita bergegas ke parkiran, karena disana ada Adit dan rombongan kelas Adit yang sudah pulang
"Git, ada Adit?" tanya Mita
"Itu, Mit" jawab Gita sambil menunjuk ke arah parkiran motor
Datang Jesi, sahabat Adit sekaligus juga sahabat Mita
"Mitaaaaaaaa" ucap Jesi, heboh
"Iya, Jes" jawab Mita
"Mita kenapa? Kok matanya merah?" tanya Jesi
"Gapapa kok. Mita gapapa"
"Bohong! Mita habis nangis, ya?"
"Engga! Mita gapapa, Jes"
"Mita ga bisa bohong!" ucap Jesi
Setelah Adit lewat dihadapan Mita, Mitapun mengembalikan semua barang Adit yang sempat dipinjamnya. Mita langsung berlari memasuki area sekolah lagi. Tak peduli dia dipanggil oleh Jesi atau siapapun. Untuknya, Ia lebih nyaman segera pergi dari Adit daripada harus menjatuhkan air mata di depan orang yang tidak mengetahui tentang isi hatinya lagi. Mita sudah terlalu kuat menghadapi ini. Tapi dia tetap tidak ingin terlihat lemah. Ada tangis dibalik setiap senyum dan tawanya

Sabtu, 19 Januari 2013

Adakah Rindumu Sebesar Rinduku?

Ia seperti memikul beban berat di tubuhnya. Lemas, Pucat, semangat yang ada juga pasti hanya semangat sisa yang dia punya. Di bangku kantin itu dia memompa kembali energinya yang memudar.
"Hai, lemas banget sih?" tanya seorang pria yang berada disampingnya,
"Hmm, Maybe" jawabnya singkat
"Ada apa denganmu, Mit?" tanya pria itu
"Ulangan hari ini banyak banget ya. Otak ngebul nih! Belum lagi praktek hari ini" jawab Mita
"Haha, Sabar ya" jawab Galuh
"Adit kemana? Tumben ga sama lo?" tanya Mita
"Nyariin Adit? Adit ada tadi, tapi sekarang entahlah" jawab Galuh
"Oh" balas Mita singkat
Dulu Adit dan Mita memang mempunyai hubungan lebih. Namun hubungan itu terjalin tidak terlalu lama, hanya sementara. Hubungan itupun tak ada yang tau. Hanya sahabat Mita, ya! Sahabat Aditpun tak tau bahwa mereka dulu mempunyai hubungan khusus dan rahasia. Sering kali Adit berkata bahwa dirinya memang bersungguh untuk move on dari Mita. "Move On" satu kata yang paling sulit dilakukan oleh Mita. "Move On" tak semudah menerbalikan telapak tangan, butuh perjuangan dan juga keihklasan. 
Dirinya yakin, bahwa sebenarnya hati mereka masih saling memiliki, namun tekad Adit begitu besar untuk segera pergi dari hati Mita. Tak ada yang bisa Mita lakukan sekarang. Hanya merindu. Rindu yang sepertinya telah mengalahkan tingginya burung terbang bebas diangkasa. Mungkin Adit tidak merasakan hal yang sama dengan Mita, atau mungin merasakan, namun tak sebesar rindu Mita terhadap dirinya. Terlalu menggebu perasaan itu di hati Mita. Mita ingin hatinya terbebas dari segala belenggu yang menyesakkan hatinya. Mungkin hanya dengan merindu dan mencintainya secara diam hingga Ia tau bahwa sang putri masih menunggu dirinya yang dulu ada di kehidupannya.

Jumat, 18 Januari 2013

The Best Day I Ever Had, and The Exciting Day is Yesterday -17012013-

JEDAAAAAAAAAAARRRRRR!!!!!!
Bunyi halilintar itu membuat seisi Ikifa khawatir. Tiba-tiba saja semua listrik padam! Bau hangus tercium sampai lantai 4.
"SEMUA TURUUUN!" tutur kakak kelas 12 yang langsung naik ke lantai 4 mengabari adik kelas 10nya
Sentak semua berhamburan keluar gedung. Panik, Khawatir, Shock! itulah yang kami rasakan. Sampai di depan ruang guru, seorang sahabatku penyakitnya kambuh. Gina, menderita asma sejak lama dan hari itu asmanya kembali kambuh karna berhimpitan saat turun tangga, belum lagi saat bau zat kimia tercium hingga lantai 4. Serasa terpenuhi asap tebal ! Semua itu karna petir yang menyambar kotak listrik dan menyebabkan  satu kotak listrik tersebut terbakar~

"Semua tenang, tidak terjadi apa-apa" tutur seorang guru kami, Pak Zamrodzi

Ketika semua murid dipulangkan, aku bingung pulang dengan siapa. Ku hampiri kakak kelasku yang kebetulan akrab denganku. Seketika itu juga aku meminta tolong agar aku bisa pulang bersama abang :) Abangpun menyanggupi. Meski harus berhujan-hujanan, tapi peristiwa satu itu tak akan aku lupakan :')
Meneduh dirumahnya, disambut hangat dengan anggota keluarganya adalah hal yang paaaaaaling menyenangkan.

Ketika Ia mengantarkanku pulang, kami berbanjir ria. Di rumahku juga kedatangannya disambut hangat oleh papa:') Saat Ia mau pulang, ku antarnya mencari bengkel dan ku temani sampai motornya kembali.

Ah kenangan ituuuu :""")
Walau sudah tak terjalin apapun dengan aku dan dia, tapi ku rasa hati kita masih sama-sama memiliki~

Selasa, 01 Januari 2013

Happy New Years, Welcome To 2013


Happy Nyu Yeaaah readers \m/
Semoga di tahun 2013 ini keberkahan dari Allah semakin banyak,
Semua kenangan buruk di 2012 kubur dalam-dalam, jangan diungkit lagi :)
Jadikah pembelajaran berharga untnuk diri sendiri . . .

2013 ini harus lebih dewasa lagi sikap dan pemikirannya
More Cheerful NO more Galau !!

Selamat datang di 2013,
Be your years :) aamiiin