“Kita sudah tidak cocok lagi. Lebih baik akhiri saja” ucap Pasha. Ketidak
serasian dan banyaknya masalah yang datanglah yang membuat dirinya mengambil
keputusan tersebut. “Aku lelah dengan masalah yang terus menghampiri ini! Kau
tau? Aku juga manusia biasa yang punya batas kesabaran menjalani ini.” Ucapnya
berulang kali.
Bagiku, dia pohon yang besar dan rindang. Ketika
sang angin datang berhembus dengan hebatnya, sayangnya ia rapuh. Begitulah
lelaki. Tapi disaat Pasha pergi meninggalkanku, ada sebuah pohon tumbuh di
dekat rumput lembut. Dimas namanya.
Panggil saja aku Adindah. Aku jatuh cinta lagi
kepada dia yang membuat kenyamanan. Kau tau? Aku terus menanti suatu pesan, bb
messager, atau panggilan dari kamu. Dia buatku nyaman dengan pribadinya,
sifatnya, dan semua yang ada dalam dirinya. Banyak orang bertanya kepadaku
mengapa aku jatuh cinta lagi kepadanya? I just say, I dunno~
Setelah merasakan beratnya
melupakan, sakitnya disia-siakan dan sesalnya ditinggalkan terlalu cepat,
tiba-tiba ada Dimas yang hadir merubahnya. Dia berikan keteduhan di jiwaku. Kau
tau? Aku telah tertipu oleh dia yang dulu pernah hadir sebelum Dimas.
Kadang aku berfikir, apa kau
tercipta kini untukku ya? Pertemuan itu terjadi begitu saja. Aneh untukku.
Sedikit cerita tentang kebohongan itu membuatku canggung. Saat aku masih
bersama Pasha yang dulu, masa lalu Pasha menghampiriku dan memohonku untuk
terus bersamanya. Aku cukup senang diberi kepercayaan itu. Tapi setelah sekian
lama masa lalu Pasha itu hilang, sebuah kebenaran terungkap. Nomor ponsel yang
dulu mengirimkanku sebuah pesan wasiat itu adalah nomor Dimas. Aku sempat tak
percaya. Apa benar Pasha melakukan kebohongan itu? Apa benar sejak lama dia
tlah bosan denganku?
Tapi entahlah. Untukku, sekarang aku seperti orang
yang kelaparan. Aku terus memakan makanan tanpa ending. Aku rasa aku bisa kalap
menghabiskannya. Namun aku merasa tetap lapar dan ingin melahapnya kembali.
Yaa, itulah cinta. Tak ada habisnya dibicarakan.
Dia datang tanpa paksaan, tapi dari hati hingga
satu sama lain saling cinta dan membutuhkan. Harusnya seperti itu. Tapi berbeda
denganku. Dimas datang memberi cinta namun tak memberi kepastian. Aku tau dia
tengah dilema antara dua pilihan. Aku atau masa lalunya? Hingga aku harus
mengalah dengan keadaan yang berusaha membuatku terpuruk.
Aku yakin aku bisa menjadi rumput lembut yang
walau angin berhembus dengan kencangnya, tidak mudah tumbang. Aku masih ingat
saat Dimas masih menghubungiku, menanyakan kabarku langsung ataupun dengan
perantara temanku, mengajakku jalan menikmati panasnya kota Bekasi, dan masih
banyak lagi. Tapi terkadang kenangan ini yang perlahan membuatku terpuruk.
3 Febuari, setelah kami jalan bersama dengan
teriknya mentari di siang hari, hari demi hari Dimas makin berubah. Tak ada
lagi kini pesan darinya untuk menanyakan kabar atau hanya untuk bercanda ria
denganku. Apa begini cara ia melepaskanku setelah ia membuatku nyaman lepas
dari Pasha? Apa selama ini dia hanya seorang yang memberiku berbagai harapan
palsu atau aku yang terlalu mengharapkannya?
Aku tak butuh argumentasi yang hebat dari seorang
laki-laki sepertimu, aku tak tertarik kepada fakta-fakta yang akurat, bahasa
yang teliti dan logis yang bisa disampaikan secara detail dari seorang laki-laki,
yang aku butuhkan hanya perhatianmu, kata-kata yang lembut, ungkapan-ungkapan
sayang yang sepele tapi sangat berharga untukku, jaminan rasa aman.
Aku masih menunggunya hingga saat ini. Menunggu
tumbuhnya pohon yang memberi perlindungan pada sang rumput yang senantiasa
mengitarinya berada di dekatnya. Kapan lagi kau bisa menghiburku seperti
dahulu? Aku rindu canda tawa kita, aku
rindu masa-masa kita bersama. I miss all the stories about us.
Namun aku nampaknya tak setegar itu menunggunya
kembali. Aku hanya bisa berdo’a untuknya disana yang mungkin telah melupakanku.
“Tuhan, sekarang tugasku telah selesai. Ku
serahkan dia pada yang bisa lebih mengerti tentang dirinya dan membuatnya
bahagia serta nyaman. Lindungi dia ketika penjagaanku tak bisa lagi sampai
kepadanya.kuatkan aku Tuhan. Aku hanya ingin melihatnya bahagia meski tanpaku,
meski akupun belum tentu tersenyum indah melihatnya dengan yang lain. Tapi aku
yakin, rencanaMu pasti akan indah pada waktunya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar