Senin, 01 Juni 2015

Sebatas Teman

Aku bertemu denganmu
tanpa aku tahu apa yang Tuhan mau
Lewat percakapan singkat
walau hanya melalui sambungan internet
rasanya kamu selalu berhasil menghangatkan hatiku

Sejak saat itu
aku ingin selalu di sampingmu
Jadi sosok paling setia
yang diam-diam mencintaimu

Hari-hari kita lewati
semanis yang tak pernah ku bayangkan
terlalu manis jika boleh ku andaikan

Aku larut dalam banyak rasa
abu-abu, biru, juga merah jambu
pada banyak rasa yang menyala berseru

Maaf
jika aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri
bahwa aku ingin kamu selalu ada di sini dan tidak pernah pergi

Tapi, siapa aku di matamu?
Aku tak bisa memilikimu
aku hanya temanmu
pelarianmu
persinggahanmu
bukan tujuanmu

aku termangu bertanya-tanya
sebagai manusia aku tak bisa memilih harus jatuh cinta dengan siapa
sebagai makhluk Tuhan yang jauh dari kata sempurna
aku hanya bisa mengikuti aturanNya

Aku terus di sampingmu
tapi cintamu, perhatianmu, hanya tertuju untuknya



- edit -

Cinta Dalam Jarak

Jarak tak pernah jadi alasan
Atas perasaan yang mulai bertautan
Walau aku dan kamu terpisah ratusan kilometer
Namun aku tak menyerah

Mungkin terlalu terburu-buru
Jika menyebutnya cinta
Tapi apakah namanya jika selalu ingin bertemu
meskipun aku dan kamu belum saling ungkapkan rasa?

Aku sering merindukanmu
di malam-malam yang dingin
Saat udara terasa lebih mencekit dari biasanya
Hanya pesanmu diujung telepon yang hangatkan suasana
Sekedar pesan singkatmu yang bisa
membuatku tersenyum senang

Kita hanya 2 manusia
yang berusaha tak menyalahkan jarak


- edit -

Rabu, 08 April 2015

Untuk Kamu, Pangeran Topeng


Dear pangeran bertopeng ...
Hai, topeng?
Masih ingatkah kamu dengan bird?
Dulu kamu sering sekali memanggilku dengan ucapan itu hingga akhirnya semua berubah. Berubah menjadi lebih indah.
Hai topeng, perlu kah aku ingatkan kamu tentang sesuatu?
Dulu kita pernah menyemangati satu sama lain hingga akhirnya benar-benar berjalan sendiri.
Dulu kita pernah menyayangi satu sama lain. Oh tunggu, mungkin hanya aku yang menyayangi.
Dulu kita pernah saling  bercerita tentang hari-hari yang kita lalui, sebelum akhirnya cerita-cerita itu hanya ribuan lembar cerita yang mampu kupandangi dengan menganga.
Peng, terlalu banyak kata-kata yang kau ucapkan yang membuat hatiku berubah.
Jangan jangan bunga-bunga itu jatuh dari kepal tanganmu yang sengaja kau taburi di hidupku, seakan aku adalah makamnya?
Harusnya sejak awal ini tak pernah terjadi.
Maksudku, harusnya perkenalan kita ini berjalan sewajarnya. Aku salah. Terlalu memakai hati yang semestinya tak ku pakai.
Maafkan aku masuk diantara kau dan dia.
Seharusnya sebagai wanita, aku mengerti apa yang dia rasakan. Tapi nyatanya aku benar-benar lupa mungkin terlena.
Seharusnya dari awal kau meyakinkanku bahwa kita tidak mungkin bertemu. Tapi nyatanya hingga detik ini aku masih berusaha kita bisa bertemu.
Kamu ingat kan dulu pernah menyuruhku untuk memilih perguruan tinggi di Semarang? Kamu ingat kan kamu pernah menyuruhku jika sedang berlibur di Jawa Tengah untuk mampir ke Semarang. Sekedar untuk bertemu kamu.
Sekarang rasanya sia-sia. Aku agak kecewa. Walau sebenarnya tak pantas untuk berkata kecewa.
Semua tiket sudah kupesan jauh-jauh hari, tapi  seketika kamu berubah. semua data perguruan tinggi sudah ku isi, tapi kamu menjauh seakan tak mengenalku.
Sekarang rasanya aku takut untuk membaca beberapa percakapan kita dulu. Aku takut malamku pilu. Bayangmu selalu muncul tanpa permisi.
“Mungkinkah kau mencitai diriku selama-lamanya,
 hingga maut memisahkan ..
Bukan hanya cinta yang sesaat trus menghilang,
 bila hasrat tlah usai”
Kamu masih ingat kutipan lagu itu kan? Aku harap masih ~