"Jadi, mau sampai kapan kamu menyembuyikan itu?" pertanyaan itu tak henti-henti diucapkan olehnya. Seakan dia ingin aku segera mengakuinya.
"Aku tak tahu. Tappi ku rasa lebih baik tidak jujur daripada dia tiba-tiba menjauh. Aku takut kalau dia tahu, dia menjauh" jawabku
"Memangnya kamu mau dia terus-menerus berpikiran itu dari orang yang dia sayang? Bukan dari orang yang menyayanginya?! Kalau dia benar-benar tidak peduli entah itu dari siapa, dia tidak akan menjauhimu"
Sepertinya ucapannya ada benarnya juga. Tapi tetap saja jika selama ini kita baik-baik saja lalu tiba-tiba dia mengetahui kejanggalan, dia pasti akan menjauh. Selama ini selalu begitu, kan? Rasanya tak adil. Entahlah memang tabiat setiap pria yang seperti itu atau hanya aku yang merasakan.
Aku terdiam ditengah pikiran tentangnya. Malam itu ku putuskan untuk tidak mengaktifkan handphoneku.
Setelah beberapa jam terdiam dengan tugas-tugas di lapotop, aku kembali memutuskan membuka handponeku. Berharap ada suiatu pesan elektronik di sana.
"PING!!"
Pemberitahuan itu muncul ketika aku baru saja mengaktifkan handphoneku. Terlihat jelas siapa yang mengirimkan pesan itu. Tanganku melemas tak percaya, mataku terbelalak memastikan benarkah itu dia? Hatiku bergemuruh. Ya Tuhan, Benarkah?
"Kenapa? :)" aku membalas pesan itu, santun. Walau aku tau, dia tak mungkin membalas pesan itu karena pesan itu telah dikirim 3jam yang lalu sementara sekarang menunjukkan pukul 01:00 pagi.
"Ada apa, ya?" terkaku dalam hati yang kian merusuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar