Senin, 19 November 2012

Cinta Lembaran Kertas


Adinda Zahra Kasyafani namanya. Panggil saja dia Dinda. Siswi kelas 10 di sebuah Sekolah Menengah Atas daerah Jakarta Timur. Hobinya membaca buku. Buku apapun pasti akan selalu dia baca, mulai dari buku pelajaran, majalah, novel, komik, dan lain sebagainya. Tak heran kalau Dinda menjadi siswi kebanggaan guru-guru karena prestasinya.
Tapi selama Dinda membaca buku, belum pernah dia membeli buku dengan uangnya sendiri. Dia selalu pergi ke perpustakaan sekolahnya, meminjam buku temannya, bahkan juga pergi ke toko buku, namun hanya untuk membaca buku yang sudah dibuka segel plastiknya. Sering juga Ia membuka buku yang masih disegel plastik. Untunglah penjaga toko buku tidak mengetahuinya saat Ia membuka segel plastik buku.
“Ra, ada novel baru ga? Bosen banget nih ga ada yang dibaca” ucapnya
“Belum beli lagi nih, Din. Lah tumben! Biasanya buku apa aja dibaca” jawab Tiara, sahabat Dinda.
“Lagi mau baca novel aja nih, Ra. Apalagi kalau novelnya teenlit yang romance gitu!”
“Cieee, lagi jatuh cinta mba? Biasanya juga buku biologi dimakan! Hehehe” ledek Tiara
“Ih, engga! I’m just getting bored!” jawab Dinda
“Hmm oke. Nanti sepulang sekolah temani gue ke toko buku ya! Mau beli novel deh” ucap Tiara
“Yes! Gue akan selalu setia menemani lo ke toko buku, Ra” jawab Dinda
“Ah, itu sih kesempatan lo baca buku gratis!” sindir Tiara
“Life is easy, sista! Jangan dibuat ribet! Hehe” jawab Dinda dengan percaya diri
Sepulang sekolah, Tiara dan Dinda mengunjungi toko buku bersama. Di toko buku, Dinda langsung menarik tangan Tiara ke arah deretan buku novel.
“Ayo Tiara! Cepatlah!” ucap Dinda
“Duh Dinda sabar dong!” jawab Tiara agak risih
BUUUK
“Maaf ya maaf” ucap seorang laki-laki berseragam putih abu-abu berbadan tegap
“Iya tidak masalah” jawab Dinda sambil berdiri dan membantu Tiara berdiri karena terjatuh tadi
“Loh, Ardian?” ucap Tiara terheran-heran
“Tiara? Iya ini Ardian” jawab laki-laki tadi yang ternyata bernama Ardian
“Ardian, kenalkan ini sahabat gue, Dinda. Dinda, ini sahabat gue juga waktu SMP, namanya Ardian. Dia satu SMA sama kita, tapi dia kelas10-7” ucap Tiara saling memperkenalkan Dinda dan Ardian.
Ardian Rasyad. Panggil aja Ardian atau Dian juga ga masalah”
Adinda Zahra Kasyafani. Panggilnya Dinda aja”
“Hm, oh iya, Ra. Gue pulang duluan ya. Sudah selesai beli buku nih” ucap Ardian
“Oke sip deh yan. See you next time yah” jawab Tiara
Ardianpun pergi meninggalkan Tiara dan Dinda di keramaian novel.
Tiara dan Dindapun melanjutkan petualangan mereka berburu dan membaca buku. Dinda sibuk mengitari rak buku pelajaran dan novel, sementara Tiara masih sibuk mencari novel yang pas dengan selera bacanya.
            “Dinda, gue sudah dapat nih novelnya. Wah beli novel nih ceritanya?” ucap Tiara meledek
“Iya dong, Ra. Novel pertama yang gue beli pakai uang gue sendiri” jawab Dinda dengan bangga
***
Di sisi lain, ternyata Ardian menyukai Dinda sejak lama. Pertemuan pertama itu sebenarnya bukan terjadi di toko buku tadi, melainkan saat Masa Orientasi Siswa. Oleh sebab itulah sebenarnya Ardian sudah mengetahui nama Dinda sebenarnya. 
Sekarang Ardian baru tau bahwa Dinda sebenarnya adalah sahabat Tiara yang juga sahabatnya dulu saat SMP. Segeralah Ardian menghubungi Tiara.
“Ra, ini gue Ardian. Ada yang mau gue bicarakan. Nanti sore gue tunggu di taman dekat sekolah ya” ucap Ardian mengirimkan pesan singkat ke Tiara
Sore ini Tiara dan Ardianpun bertemu di Taman dekat sekolah mereka.
“Dian tumben ngajak ketemuan. Ada apa ya?” tanya Tiara
“Ra, gue mau jujur nih. Gue sebenarnya suka sama Dinda dari awal kita MOS, Ra. Tapi gue baru tau kalau lo itu sebenarnya sahabatnya Dinda. Bantu gue, Ra. Bantu gue aagar gue bisa dekat sama dia dan dia tau kalau gue suka sama dia” jawab Ardian
“Kok bisa? Kenapa ga lo bilang langsung aja ke Dindanya? Dinda royal kok kalau sama orang lain” ucap Tiara
“Masalahnya bukan disitu, Ra. Gue mau dia tau kalau gue juga ada usaha buat mendapatkan hatinya dia. Ini, gue buat dari awal gue tau nama dia. Tumpukan kertas ini semuanya nama dia dan kata-kata yang gue tulis khusus buat dia” jawab Ardian sambil menyerahkan lembaran kertas yang berisi nama Dinda yang Ia buat sendiri ke Tiara
“Sesayang inikah lo ke Dinda? Yaudah ya, besok gue ambil novel barunya Dinda secara diam-diam” ucap Tiara
“Apa hubungannya, Ra?” tanya Ardian
“Dia baru beli novel pertama kali dengan uang dia sendiri tadi. Nah, besok gue ambil itu novel. Dia kan pasti sedih banget! Jelas aja, kan itu novel pertama yang dia beli pakai uang dia sendiri. Novelnya nanti gue kasih ke lo. Terserah lo nanti mau kasih ke dia kapan. Nanti pas balikin novelnya, sekalian lo kasih kertas-kertas lo ini” jawab Tiara
“Ide bagus tuh, Ra. Terima kasih ya, Ra. Lo memang sahabat gue yang terbaik deh!” ucap Ardian
“Haha bisa aja. Iya sama-sama ya, Yan” jawab Tiara
***
Esok harinya saat iistirahat, Tiara mengambil novel Dinda diam-diam. Iapun langsung menuju ke kelas 10-7, kelas Ardian.
“Dian, ini novelnya Dinda. Selanjutnya terserah lo ya. Gue balik dulu ke kelas” ucap Tiara
“Sip terima kasih Tiara” balas Ardian
Di kelas, terlihat Dinda yang sedang kebingungan dan sedih mencari novelnya.
“Tiara lo kemana aja sih?! Novel gue hilang, Ra!!” ucap Dinda panik
“Lah kok bisa?” tanya Tiara dengan tampang polosnya
“Duh gue ga tau deh ah!” ucap Dinda pasrah
“Yaudah sabar ya, Din” jawab Tiara
Tiba-tiba handphone Tiara bergetar. Ada 1 pesan singkat dari Ardian
“Pulang sekolah nanti bawa Dinda ke taman kemarin yah. Gue mau kembalikan novel dia dan bilang semuanya” ucap Ardian
Sepulang sekolah, Tiara membawa Dinda ke taman tempat kemarin Ia bertemu dengan Ardian.
“Ra, kita mau kemana?” tanya Dinda
“Ikut gue aja, Din” jawab Tiara
Di taman. .
“Dian sudah lama?” tanya Tiara
“Belum kok, Ra. Baru aja” jawab Ardian
“Loh? Kita mau ngapain sih?” tanya Dinda
“Din..” ucap Ardian sambil memberikan novel Dinda yang tadi pagi diambil oleh Tiara dan lembaran kertas yang berisi perasaan Ardian pada Dinda
“Ini kan novel gue?? Terus ini apa?” ucap Dinda
“Dibaca dulu, Din” jawab Ardian
Satu per satu kertas itu dibaca Dinda. Dilembaran terakhir tertulis “Will You be Mine?” dan Ardianpun mengucapkan itu saat Dinda membuka lembaran terakhir kertas yang ditulis Ardian.
 “Ardian?” ucap Dinda kebingungan
“Ya, Din?” tanya Ardian
“Hmm, jadi kita sudah pernah saling bertemu saat masa orientasi? Maaf Dinda lupa” jawab Dinda
“It’s okay, Din. Jadi, jawabanmu apa untuk kertas yang terakhir?” tanya Ardian lagi
“Iyah. Dinda terima kok. Terima kasih, Dian. Ternyata selama ini Ardian perhatian sekali dengan Dinda” jawab Dinda
Semenjak saat itulah mereka bertiga selalu pergi ke toko buku bersama J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar