Adinda
Zahra Kasyafani namanya. Panggil saja dia Dinda. Siswi kelas 10 di sebuah
Sekolah Menengah Atas daerah Jakarta Timur. Hobinya membaca buku. Buku apapun
pasti akan selalu dia baca, mulai dari buku pelajaran, majalah, novel, komik,
dan lain sebagainya. Tak heran kalau Dinda menjadi siswi kebanggaan guru-guru
karena prestasinya.
Tapi
selama Dinda membaca buku, belum pernah dia membeli buku dengan uangnya
sendiri. Dia selalu pergi ke perpustakaan sekolahnya, meminjam buku temannya,
bahkan juga pergi ke toko buku, namun hanya untuk membaca buku yang sudah
dibuka segel plastiknya. Sering juga Ia membuka buku yang masih disegel
plastik. Untunglah penjaga toko buku tidak mengetahuinya saat Ia membuka segel
plastik buku.
“Ra,
ada novel baru ga? Bosen banget nih ga ada yang dibaca” ucapnya
“Belum
beli lagi nih, Din. Lah tumben! Biasanya buku apa aja dibaca” jawab Tiara,
sahabat Dinda.
“Lagi
mau baca novel aja nih, Ra. Apalagi kalau novelnya teenlit yang romance gitu!”
“Cieee,
lagi jatuh cinta mba? Biasanya juga buku biologi dimakan! Hehehe” ledek Tiara
“Ih,
engga! I’m just getting bored!” jawab Dinda
“Hmm
oke. Nanti sepulang sekolah temani gue ke toko buku ya! Mau beli novel deh”
ucap Tiara
“Yes!
Gue akan selalu setia menemani lo ke toko buku, Ra” jawab Dinda
“Ah,
itu sih kesempatan lo baca buku gratis!” sindir Tiara
“Life
is easy, sista! Jangan dibuat ribet! Hehe” jawab Dinda dengan percaya diri
Sepulang
sekolah, Tiara dan Dinda mengunjungi toko buku bersama. Di toko buku, Dinda
langsung menarik tangan Tiara ke arah deretan buku novel.
“Ayo
Tiara! Cepatlah!” ucap Dinda
“Duh
Dinda sabar dong!” jawab Tiara agak risih
BUUUK
“Maaf
ya maaf” ucap seorang laki-laki berseragam putih abu-abu berbadan tegap
“Iya
tidak masalah” jawab Dinda sambil berdiri dan membantu Tiara berdiri karena
terjatuh tadi
“Loh,
Ardian?” ucap Tiara terheran-heran
“Tiara?
Iya ini Ardian” jawab laki-laki tadi yang ternyata bernama Ardian
“Ardian,
kenalkan ini sahabat gue, Dinda. Dinda, ini sahabat gue juga waktu SMP, namanya
Ardian. Dia satu SMA sama kita, tapi dia kelas10-7” ucap Tiara saling
memperkenalkan Dinda dan Ardian.
“Ardian Rasyad. Panggil aja Ardian atau
Dian juga ga masalah”
“Adinda Zahra Kasyafani. Panggilnya Dinda
aja”
“Hm,
oh iya, Ra. Gue pulang duluan ya. Sudah selesai beli buku nih” ucap Ardian
“Oke
sip deh yan. See you next time yah” jawab Tiara
Ardianpun
pergi meninggalkan Tiara dan Dinda di keramaian novel.
Tiara
dan Dindapun melanjutkan petualangan mereka berburu dan membaca buku. Dinda
sibuk mengitari rak buku pelajaran dan novel, sementara Tiara masih sibuk
mencari novel yang pas dengan selera bacanya.
“Dinda, gue sudah dapat nih
novelnya. Wah beli novel nih ceritanya?” ucap Tiara meledek
“Iya
dong, Ra. Novel pertama yang gue beli pakai uang gue sendiri” jawab Dinda
dengan bangga
***
Di
sisi lain, ternyata Ardian menyukai Dinda sejak lama. Pertemuan pertama itu
sebenarnya bukan terjadi di toko buku tadi, melainkan saat Masa Orientasi
Siswa. Oleh sebab itulah sebenarnya Ardian sudah mengetahui nama Dinda
sebenarnya.
Sekarang
Ardian baru tau bahwa Dinda sebenarnya adalah sahabat Tiara yang juga
sahabatnya dulu saat SMP. Segeralah Ardian menghubungi Tiara.
“Ra,
ini gue Ardian. Ada yang mau gue bicarakan. Nanti sore gue tunggu di taman
dekat sekolah ya” ucap Ardian mengirimkan pesan singkat ke Tiara
Sore
ini Tiara dan Ardianpun bertemu di Taman dekat sekolah mereka.
“Dian
tumben ngajak ketemuan. Ada apa ya?” tanya Tiara
“Ra,
gue mau jujur nih. Gue sebenarnya suka sama Dinda dari awal kita MOS, Ra. Tapi
gue baru tau kalau lo itu sebenarnya sahabatnya Dinda. Bantu gue, Ra. Bantu gue
aagar gue bisa dekat sama dia dan dia tau kalau gue suka sama dia” jawab Ardian
“Kok
bisa? Kenapa ga lo bilang langsung aja ke Dindanya? Dinda royal kok kalau sama
orang lain” ucap Tiara
“Masalahnya
bukan disitu, Ra. Gue mau dia tau kalau gue juga ada usaha buat mendapatkan
hatinya dia. Ini, gue buat dari awal gue tau nama dia. Tumpukan kertas ini
semuanya nama dia dan kata-kata yang gue tulis khusus buat dia” jawab Ardian
sambil menyerahkan lembaran kertas yang berisi nama Dinda yang Ia buat sendiri
ke Tiara
“Sesayang
inikah lo ke Dinda? Yaudah ya, besok gue ambil novel barunya Dinda secara
diam-diam” ucap Tiara
“Apa
hubungannya, Ra?” tanya Ardian
“Dia
baru beli novel pertama kali dengan uang dia sendiri tadi. Nah, besok gue ambil
itu novel. Dia kan pasti sedih banget! Jelas aja, kan itu novel pertama yang
dia beli pakai uang dia sendiri. Novelnya nanti gue kasih ke lo. Terserah lo
nanti mau kasih ke dia kapan. Nanti pas balikin novelnya, sekalian lo kasih
kertas-kertas lo ini” jawab Tiara
“Ide
bagus tuh, Ra. Terima kasih ya, Ra. Lo memang sahabat gue yang terbaik deh!”
ucap Ardian
“Haha
bisa aja. Iya sama-sama ya, Yan” jawab Tiara
***
Esok
harinya saat iistirahat, Tiara mengambil novel Dinda diam-diam. Iapun langsung
menuju ke kelas 10-7, kelas Ardian.
“Dian,
ini novelnya Dinda. Selanjutnya terserah lo ya. Gue balik dulu ke kelas” ucap
Tiara
“Sip
terima kasih Tiara” balas Ardian
Di
kelas, terlihat Dinda yang sedang kebingungan dan sedih mencari novelnya.
“Tiara
lo kemana aja sih?! Novel gue hilang, Ra!!” ucap Dinda panik
“Lah
kok bisa?” tanya Tiara dengan tampang polosnya
“Duh
gue ga tau deh ah!” ucap Dinda pasrah
“Yaudah
sabar ya, Din” jawab Tiara
Tiba-tiba
handphone Tiara bergetar. Ada 1 pesan singkat dari Ardian
“Pulang
sekolah nanti bawa Dinda ke taman kemarin yah. Gue mau kembalikan novel dia dan
bilang semuanya” ucap Ardian
Sepulang
sekolah, Tiara membawa Dinda ke taman tempat kemarin Ia bertemu dengan Ardian.
“Ra,
kita mau kemana?” tanya Dinda
“Ikut
gue aja, Din” jawab Tiara
Di
taman. .
“Dian
sudah lama?” tanya Tiara
“Belum
kok, Ra. Baru aja” jawab Ardian
“Loh?
Kita mau ngapain sih?” tanya Dinda
“Din..”
ucap Ardian sambil memberikan novel Dinda yang tadi pagi diambil oleh Tiara dan
lembaran kertas yang berisi perasaan Ardian pada Dinda
“Dibaca
dulu, Din” jawab Ardian
Satu
per satu kertas itu dibaca Dinda. Dilembaran terakhir tertulis “Will You be
Mine?” dan Ardianpun mengucapkan itu saat Dinda membuka lembaran terakhir
kertas yang ditulis Ardian.
“Ardian?” ucap Dinda kebingungan
“Ya,
Din?” tanya Ardian
“Hmm,
jadi kita sudah pernah saling bertemu saat masa orientasi? Maaf Dinda lupa”
jawab Dinda
“It’s
okay, Din. Jadi, jawabanmu apa untuk kertas yang terakhir?” tanya Ardian lagi
“Iyah.
Dinda terima kok. Terima kasih, Dian. Ternyata selama ini Ardian perhatian
sekali dengan Dinda” jawab Dinda
Semenjak
saat itulah mereka bertiga selalu pergi ke toko buku bersama J