Selasa, 03 Juli 2012

Surat Terakhir

Sebelum Aan pergi melanjutkan study di salah satu pesantren di kota Jogja, aku sempat mengirimkan surat ini. Surat yang isinya ga lain dan ga bukan adalah semua memori aku dan Aan~



From the day I met you, I felt everything was new. Waking up each morning with a smile. Masih inget ga suatu pertemuan indah yang begitu berkesan? Hari dimana bagiku, kamu seperti pohon besar yang rindah yang memberikan perlindungan, hembusan ketenangan dan arti kebersamaan.

Masih ingat ga awal kedekatan kita? Aku kira nomor yang mengirimkan aku sebuah pesan itu adalah nomor temanku sewaktu SD, tapi ternyata kamu. Sampai akhirnya kamu memintaku membalas ucapan dengan aku-kamu. Kita saling bercerita, membantu satu sama lain, dan saling peduli.

Masih ingat sewaktu aku terpuruk dengan keadaan keluargaku dan berpikiran meningalkan rumah? Ada kamu yang menasehatiku untuk tetap menjadi pribadi yang tegar. Ada kamu yang selalu memberi dukungan untuk aku untuk terus menjadi pribadi yang tegar.

Ingat ga waktu pertemuan kita pertama kali di malam hari? Aku baru pulang bimbel loh! Tapi kamu menyempatkan waktu ketemu aku. Sampai suatu saat kamu bertanya siapa orang yang lagi aku suka. Aku jawab lamaaa banget. Tapi akhirnya aku jujur aku suka kamu, kamu juga suka sama aku. Tapi bukan disitu intinya.

Masih ingat waktu aku marah dan ngambek total gara-gara teman cowoku? Disitu aku marah terhadap semua cowo! Tapi, kamu memberiku ketenangan dan cinta. Aku mau kamu tau, bukan aku yang memilih kamu, Melainkan Allah telah membawa hatiku padamu. Yaa, sejak kamu datang dalam kehidupanku, aku merasa nyaman denganmu. Aku merasa kamu terbaik untukku.

Setelah merasakan beratnya melupakan, sakitnya disia-siakan dan sesalnya ditinggalkan terlalu cepat, tiba-tiba ada kamu yang hadir merubahnya. Kamu berikan keteduhan di jiwaku. Kadang aku berfikir, apa kau tercipta kini untukku ya? Pertemuan itu terjadi begitu saja. Aneh untukku.

Aku jatuh cinta lagi kepada kamu yang membuat kenyamanan. Kau tau? Aku terus menanti suatu pesan, atau panggilan sayang dari kamu. Panggilan yang terkesan sederhana tapi begitu berarti. Kamu buatku nyaman dengan pribadimu, sifatmu, dan semua yang ada dalam dirimu. Banyak orang bertanya kepadaku mengapa aku jatuh cinta lagi kepadamu? I just say, I dunno~

Tapi entahlah. Untukku, sekarang aku seperti orang yang kelaparan. Aku terus memakan makanan tanpa ending. Aku rasa aku bisa kalap menghabiskannya. Namun aku merasa tetap lapar dan ingin melahapnya kembali. Yaa, itulah cinta. Tak ada habisnya dibicarakan. Dia datang tanpa paksaan, tapi dari hati hingga satu sama lain saling cinta dan membutuhkan.

Masih ingat ga waktu kamu menyempatkan waktu mengantarku pulang bimbel di malam hari? Atau sekedar ingin bertemu denganku? Kita sering banget nyuri waktu buat ketemu, sampai-sampai pas ketemu malah masih sempet belajar.

Masih ingat ga waktu mau ujian sekolah pelajaran yang nilainya mengkhawatirkan untukku? Tapi kamu bersedia ada di samping aku. Memberiku segenggam ilmu dan senyuman indah.

Ada kamu yang waktu itu menghiburku saat aku tengah dalam masalah dengan papaku. Ada adikmu yang lucu itu. Ada juga sepupu kamu yang manis. Kalian obat dari segala kesedihanku hari itu.

Atau yang ini? Masih ingat ga waktu kita pertama kalinya jalan berdua lamaa banget. Sore hari.  Suatu perasaan yang ngebuat aku makin sayang sama kamu waktu itu. Hmm ada lagi waktu malam hari janjian ketemu, tapi malah ketemu guru kamu itu tuh, pak wawan ya? Haha aneh ya kalau di ingat-ingat :D ketemuan niatnya mau belajar bareng malah kepergok sama guru. Untung aja bukan sama guru gema, hehe.

Tapi, tepat pada hari ulang tahun mantanku, kamu memutuskan untuk mengakhiri ini semua. Jujur awalnya aku belum percaya, aku belum terima. Hubungan kita masih terlalu baru untuk diakhiri begitu saja. Tapi apa daya, aku harus terima~

Kamu melarang aku untuk melakukan yang dinamakan galau. Aah itu hal yang paling tak bisa ku hindari. Apalagi dengan gelar di kelas yang menyebutku miss galau, semakin jadilah penggalauanku terhadap kamu.

Tapi aku ingat terakhir kali kami mengantarku pulang berdua. Itu setelah aku curhat sama mama kamu tentang perasaan aku. Waktu itu kenapa ga aku terima aja ya jaket dari kamu. Kan lumayan kenang-kenangan kalau aku kangen kamu, *loh? :’D

Tapi lama-lama bagiku, kamu pohon yang besar dan rindang. Ketika sang angin datang berhembus dengan hebatnya, sayangnya ia rapuh. Begitulah lelaki. Aku sampai terdiam dibuatnya. Aku tak ingin berkata-kata lagi. Aku takut berbicara dengannya lagi. Sudah jelas aku akan kalah berargumen dengan dia. Hingga aku harus mengalah dengan keadaan yang berusaha membuatku terpuruk.

Aku yakin aku bisa menjadi rumput lembut yang walau angin berhembus dengan kencangnya, tidak mudah tumbang. Aku masih ingat saat kamu masih menghubungiku, menanyakan kabarku, mengajakku jalan menikmati sore kota Bekasi, dan masih banyak lagi. Tapi terkadang kenangan ini yang perlahan membuatku terpuruk.

Aku tak butuh argumentasi yang hebat dari seorang laki-laki sepertimu, aku tak tertarik kepada fakta-fakta yang akurat, bahasa yang teliti dan logis yang bisa disampaikan secara detail dari seorang laki-laki, yang aku butuhkan hanya perhatianmu, kata-kata yang lembut, ungkapan-ungkapan sayang yang sepele tapi sangat berharga untukku, jaminan rasa aman.

Aku masih menunggu kamu hingga saat ini. Menunggu tumbuhnya pohon yang memberi perlindungan pada sang rumput yang senantiasa mengitarinya berada di dekatnya. Kapan lagi kau bisa menghiburku seperti dahulu?  Aku rindu canda tawa kita, aku rindu masa-masa kita bersama. I  miss all the stories about us.

“Aku mau kamu tau, aku masih nunggu kamu disini. Nunggu kabar kamu, nunggu pesan masuk dari kamu, nunggu kesediaan kamu membalas rasaku. Aku juga mau kamu tau, semua rasa ini aku simpan sendiri. Sampai kamu benar-benar meyakini apa arti dari semua ini” ucapku memohon dalam hati. Aku tau mungkin kamu muak dengan ini.

Namun aku nampaknya tak setegar itu menunggumu kembali. Aku hanya bisa berdo’a untukmu disana yang mungkin telah melupakanku.

“Tuhan, sekarang tugasku telah selesai. Ku serahkan dia pada yang bisa lebih mengerti tentang dirinya dan membuatnya bahagia serta nyaman. Lindungi dia ketika penjagaanku tak bisa lagi sampai kepadanya.kuatkan aku Tuhan. Aku hanya ingin melihatnya bahagia meski tanpaku, meski akupun belum tentu tersenyum indah melihatnya dengan yang lain. Tapi aku yakin, rencanaMu pasti akan indah pada waktunya”
            
              Tenang saja, slowly but I'm sure, I'm moving on! Aku akan baik-baik saja. Tuhan, peluk hamba dalam kerapuhanku. Tegarkan aku. Sekarang, biarkanlah aku menangisi hatiku yang telah hilang [separuh]. Tapi aku yakin ini perjalanan hidup. suka atau tidak, sakit atau menyenangkan, aku HARUS terus menjalaninya :') Hidup penuh pilihan.
Terkadang pilihan itu begitu sulit dan hanya ada satu kesempatan. Aku hanya manusia biasa, wanita biasa, yang tidak ingin membohongi diri sendiri.

Tapi aku tahu kok, jauh disana cinta sejatiku sedang menungguku. Tuhan telah memilihkan yang terbaik untukku, tapi Tuhan tidak akan membuatku segampang itu mendapatkannya.

Sekarang udah ga ada lagi perhatian kamu kayak dulu.. Disini, dikamar ini, tempatku meluapkan segala perasaan yang kumiliki. Sepertinya satu-satunya pilihan yang tersisa adalah menyimpan semuanya sendirian, membiarkannya larut bersama waktu. Harus bagaimana lagi? Aku juga tidak mempunyai banyak pilihan. Suka atau tidak, masalah itu harus kuhadapi sendirian."supaya aku bisa sedikit lebih dewasa"
Hey, I must go on with my life and forget the wound i have inside.
For I know time will come that this pain will subside, saying goodbye would be the best I guess. Setting you free is maybe your happiness, but always remember this.. Though you disappointed me so, I’ll still always care of you... But saying “Goodbye” would be the best thing to do.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar